Jumat, 12 November 2010

Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata

Diantara 5 personil,bang ray yang bakat musiknya paling akhir muncul.Ray kecil lebih tertarik dengan olahraga beladiri daripada berkesenian. Mengikuti jejak sang kakak,bang ray aktif di pencak silat. Biar berkesan seperti jagoan,pemilik nama lengkap Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata ini jago banget masak lho. Secara waktu SMK bang ray mengambil jurusan tata boga. Kalau Cuma maak teriyaki atau gurame asam manis bang ray jagonya..
Cowok kelahiran Jakarta,3 Maret 1988 ini adalah bocah yang ambisiu. Saat kecil kalu melihat anak tetangga punya mainan mobil-mobilan baru, Ray kecil akan menuntut yang lebih bagus pada orang tuanya dan lucunya kalau tidak dikabulkan bang ray akan ngambek.
Tidak jauh beda dengan anak kecil lainnya, bang ray juga senang sekali bermain layang-layang . Kalau sudah main bang ray kerap lupa waktu. Saking nakalnya bang ray pernah naik ke atas genteng tetangga hanya untuk mengambil layang-layang yang jatuh. Selain itu bang ray juga suka memelihara burung dara. Kenakalan bang ray tidak pernah kelewat batas yaahh layaknya kenakalan anak kecil pada umumnya.
Semasa SMP bang ray mulai bertingkah seperti jagoan. Selain ilmu silat yang dia pelajari bang ray terbawa pergaulan teman-temannya.Tak jarang dia ikut tawuran sampai 2 kali. Dia nyaris dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya. Tapi dimaafkan dan Cuma dihukum beli semen satu sak buat ngebangun musholla sekolah.
Namun bang ray berubah ketika menginjak SMA.Lulus SMA bang ray focus dengan music. Dia ingin apa yang diajrkan oleh alm kakaknya berguna dimasa mendatang.
Hmmm udah dulu ahh cerita tentang bang raynya…
Sebenarnya masih banyak tapi dah capek ne gw ngetiknya..
Hhahhahaha…

I’m paradinata selamanya,,akan tetep dukung bang ray..

Kamis, 11 November 2010

Profil dan Perjalanan Karir D'masiv


Foto dari Profil dan Perjalanan Karir D'MasivKali ini akan membahas Profile dan Perjalanan karir D'Masiv dari Nol hingga menjadi terkenal seperti saat ini, silahkan disimak : Band yang lagu-lagunya sekarang ini sering dinyanyikan oleh banyak orang di Indonesia tersebut telah melewati perjuangan panjang dan setumpuk kesabaran. Bahkan, mereka pernah mengamen. D'Masiv saat ini beranggotakan Ryan Ekky Pradipta (vokal), Dwikky Aditya Marsall (gitar), Ray Kurniawan Iskandar Dinata (bas), Wahyu Piaji (drum), dan Nurul Damar Ramadhan (gitar).

"Sebenarnya, dulu berenam, ada pemain keyboard. Tapi, dia keluar. Akhirnya, kalau manggung, kami pakai additional," kata Ray saat ditemui di studio Hanggar pada Rabu, 2/7-2008. Ketika itu, mereka sedang syuting klip Diam tanpa Kata garapan Rizal Mantovani.

Ray menilai, temannya yang tidak bergabung lagi tersebut sudah tidak satu visi dan misi dalam bermusik. "Pada intinya, dia tidak sabar," imbuhnya. Kesabaran memang menjadi kekuatan D'Masiv selama ini. Mereka mulai ngeband sejak 3 Maret 2003 dengan nama Massive. Ketika itu, mereka masih SMA. Mereka berbeda sekolah, tapi bersatu karena bertetangga di kawasan Ciledug, Tangerang.

Tapi, menurut Kiki -sapaan akrab Dwikky-, setelah jadi juara A Mild Most Wanted, nama Massive oleh Musica, perusahaan label yang menaungi mereka saat ini, diganti dengan D'Masiv. "Sebab, sudah ada yang pakai (nama Massive, Red). Artinya tetap sama, dari bahasa Inggris, sesuatu yang besar. Nama kan doa. Kami berharap suatu saat menjadi sesuatu yang besar di musik Indonesia. Amin," paparnya.

Festival yang disebut Kiki itu adalah festival terakhir bagi D'Masiv hingga sekarang. Sebelumnya, mereka mengikuti banyak festival, mulai setingkat rukun tetangga (RT) sampai Piala Menpora (menteri pemuda dan olahraga). Ryan dan kawan-kawan adalah "macan" karena hampir di semua festival yang diikuti menjadi juara. Hadiah yang diterima beragam. Saat mengikuti festival memperebutkan Piala Menpora, misalnya, D'Masiv juara dan berhak mendapatkan uang tunai Rp 10 juta. Terendah, mereka memperoleh hadiah uang Rp 1 juta dan Rp 500 ribu.

"Paling besar, yang di A Mild Most Wanted itu, dapat mobil APV dan uang Rp 61 juta, juga dikontrak oleh Musica," lanjut Ryan. Tapi, tutur Ray, sebelum terkenal seperti sekarang, setiap festival dirasa memiliki magnet kuat. Tidak peduli nilai hadiahnya, yang penting adalah eksis sebagai band yang rajin ikut lomba. "Walaupun hadiahnya kecil, yang penting, masih dapat uang untuk biaya latihan," paparnya.

Saat-saat tersulit adalah ketika tamat SMA, tepatnya pada 2005. Orang tua tidak lagi memberikan uang jajan. Sehingga, tidak ada uang sisa untuk patungan latihan. Sementara itu, ada orang tua yang meminta mereka berhenti main band untuk melanjutkan kuliah. "Tapi, lama-lama, orang tua bosan ngasih tahu. Sebab, kami tetap pengin main band," kenangnya.

Solusinya, d'Masiv turun ke jalan dan menjadi pengamen. Mereka "manggung" membawa drum tamtam yang biasa digunakan oleh banyak pengamen di atas metro mini 69 jurusan Ciledug-Blok M. "Di rumah makan juga. Tapi, kami nggak menyanyikan lagu orang. Kami membawakan lagu ciptaan sendiri," ujar Damar. Menurut Ryan, mengamen itu sekalian menjadi tes mental karena pendengar di kendaraan atau rumah makan berbeda dengan pendengar saat festival.

"Tapi, kami tidak menjadikan mengamen sebagai profesi. Sebatas upaya dapat uang Rp 40 ribu lebih. Sebab, biaya latihan di studio itu Rp 40 ribu per dua jam," jelasnya. Jika lebih, uang tersebut digunakan untuk mendaftar di festival berikutnya. Menurut Wahyu, uang hasil mengamen dan festival itu dipakai untuk menyambung kiprah mereka agar tetap bertahan sebagai sebuah band.

Sebelum merilis album Perubahan yang saat ini mendapatkan penghargaan platinum karena penjualannya mencapai 75 ribu kopi, pada 2006 mereka merilis album indie berjudul Menuju Nirwana.
"Mungkin kurang promosi dan manggung, ya terbengkalai," ucapnya. Ryan menambahkan, segala hal yang dilewati sebelum menjadi seperti sekarang adalah proses yang sangat berharga."Akhirnya, kami bisa belajar dari kesalahan-kesalahan kemarin," terangnya.

Kisah Tentang Cinta Ini Membunuhku

Cinta Rian ke kakak kelasnya waktu masih sekolah di SMA Joglo 101 Jakarta, memang 'membunuhnya', tapi sekaligus membuatnya sukses luar biasa.Kalau Rian nggak ditolak habis-habisan meski udah nembak delapan kali cewek itu, mungkin nggak akan tercipta lagu Cinta Ini Membunuhku yang dahsyat itu, dan bikin d'Masiv jadi band terkeren di tahun 2008.Kalau diinget-inget, masa SMAnya itu memang pilu.
Kejadian itu terus berlanjut.Rian berjuang habis-habisan untuk menembak cewek itu, sementara pujaannya sibuk berganti pacar.Sampai seisi sekolah tahu kalau Rian ngejar banget cewek itu.Baru setelah si kakak kelas itu lulus SMA, Rian bisa melupakannya.Dan kocaknya, Rian langsung berpaling ke cewek lain, adik kelas, he he he...Ah dasar Rian mbanyol!

Ejekan Tentang D'masiv

Menurutku, secara istilah, Masiv Haters adalah orang-orang yg benci banget sma d'Masiv.Mereka selalu mengejek d'Masiv dengan menggunakan kata-kata kotor.Para masivers juga sering diteror sama mereka.Aku juga sering lihat di FB mereka mengolok-ngolok d'Masiv dengan kata "d'Masiv Kampungan".Akhirnya aku pun ga' terima ejekan mereka.Menurutku, alasan mereka benci d'Masiv karena d'Masiv itu plagiator alias jiplak lagu-lagunya band luar negeri.
  Ternyata, aku mencari bukti kalo d'Masiv itu jiplak.Akhirnya ku menemukan buktinya.Ternyata bener juga omongan mereka.Tapi aku tidak ikut-ikutan mereka.Walaupun d'Masiv seperti itu, aku tetep sayang d'Masiv.Pokoknya sekali cinta aku tetap cinta ma d'Masiv terutama sma Rian yg suaranya bikin aku merinding dan permainan bassnya RAI yg keren abiz dah itu.Aku juga agak kecewa cz lagu-lagu d'Masiv yang dibilang jiplak sebagian ciptaannya Rian.Tapi, rasa kecewa itu kutahan.Pokoknya ku tetep sayang D'masiv!!
  Aku adalah seorang yang akan tetap menjadi masivers sejati karna para masivers tak akan pernah mati untuk mendukung d'masiv sampai kapan pun . . .

salam 5 jari . . .